KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Subhanau Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Judul makalah ilmiah ini yang penulis ambil adalah “Pengaruh Sosial Budaya
Masyarakat Terhadap Kesehatan”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i (Universitas
Negeri Riau) dalam memenuhi tugas (Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar Semester II).
Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini,
diantaranya :
1. Muh. Amiruddien Saliem. selaku dosen
pengampu.
2. Teman – teman yang telah membantu
dan bekerjasama sehingga tersusun makalah ini.
Semua pihak yang telah membantu dan
memberikan motivasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini yang namanya penulis
tidak dapat sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari atas kekurangan
kemampuan penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, sehingga akan menjadi
suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang
membangun agar karya tulis ilmiah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan
sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari penulis,
semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media
pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka
wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Riau, 10 April 2013
Penulis
SITI
ROHMI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa perubahan
terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan
sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal
yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat
yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh
sosial budaya dalam masyarakat
memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu
tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan
dampak positif maupun negatif.
Hubungan
antara budaya dan kesehatan sangatlah
erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang
sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi
mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu
penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya
dengan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian kesehatan?
2. Bagaimana
hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisional?
3. Bagaimana
konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat?
4.
Apa faktor pendorong dan penghambat?
5.
Bagaimana solusi
peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian kesehatan.
2. Untuk
mengetahui Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisional.
3.
Untuk mengetahui Bagaimana konsep sehat
dan sakit menurut budaya masyarakat.
4.
Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat.
5.
Untuk mengetahui Bagaimana Solusi Peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan
dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri
ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan
mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana
diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan
kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah
adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir
menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu
mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan
kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang
dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari
golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini
menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja
terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan
kesehatan itu sendiri.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan
jiwa merupakanbagian integral kesehatan.
B.
Kebudayaan
dan Pengobatan Tradisional
Masing-masing kebudayaan memiliki
berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda
dengan ilmu kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman,
kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan kuman
penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu
disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan
dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia
dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap
bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan
mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia
memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna
tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula
suku-suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing
untuk menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah
mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu
sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit tuberkulosis
maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan
tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada
percaya bahwa penyakit dapat disebabkan oleh dimasukkannya benda asing ke dalam
tubuh dan yang terkena dapat mencari pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa
disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhan maka Shaman akan
mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.[1]
C.
Konsep Sehat dan Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu
mutlak dan universal karena ada faktor–faktor lain diluar kenyataan klinis yang
mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling
mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi,
sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba
memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari
masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang
berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan
lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia
menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit
(istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak
terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.[2]
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang
merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah
maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk,
genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai
psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor
yaitu:
1.
Environment atau
lingkungan.
2.
Behaviour atau
perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
3.
Heredity atau
keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4.
Health care
service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan
perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap
tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan
sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas
social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama
(yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut
dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural,
social dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan
kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam
kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek.
WHO melihat sehat dari berbagai aspek. WHO mendefinisikan pengertian sehat
sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan
social seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya?
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang
sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan
sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan
dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit
merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima
pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai
masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah
berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan
lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau
sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.[3]
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit
berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari
kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian
penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di
masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan
dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang
penyakit malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua
(Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah
rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan
lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib
yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan
untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit
dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat
sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun
dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh
tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan
ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya
penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk,
tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian penduduk Pulau Jawa,
dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam
hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka
masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
D.
Faktor Pendorong Dan Penghambat
a.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan
dalam Masyarakat
Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan
dengan upaya atau tindakan individu ketika sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini bisa melalui
dengan cara mengobati sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri.
Menurut Blum(1974) yang dipetik dari
Notoadmodjo(2007), faktor lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat manakala faktor perilaku pula
merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini, maka
kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan meningkatkan lagi
kesehatan masyarakat melibatkan kedua faktor ini. Menurut Notoadmodjo juga
mengatakan mengikut teori Green(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor
utama, yaitu:
1.
Faktor
predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya.
2.
Faktor pemungkin
yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat contohnya fasilitas pelayanan kesehatan.
3.
Faktor penguat
pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang tinggi oleh
masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan tokoh agama, sikap dan perilaku para
petugas yang sering berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas
kesehatan. Selain itu, faktor undang-undang
dan peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan juga termasuk dalam
faktor ini.[4]
Aspek
sosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan
anak :
1.
Dukun sebagai
penyembuh
Masyarakat pada beberapa daerah
beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang-kejang disebabkan karena kemasukan
roh halus, dan dipercaya hanya dukun yang dapat menyembuhkannya.
2.
Timbulnya penyakit
sebagai pertanda
Contoh Demam atau diare yang terjadi
pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi tersebut akan bertambah kepandaiannya,
seperti sudah bisa untuk berjalan.
3.
Kesehatan anak juga
dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial.
Dimana hingga kini masyarakat baik di
perkotaan maupun pedesaan masih menjalankan kepercayaan tersebut. Hal tersebut
disebabkan karena kebiasaan yang telah turun temurun terjadi .
Tetapi
ada baiknya jika masyarakat juga mempertimbangkan dengan pemahaman menurut para
medis karena para medis lebih memahami tentang mana yang baik dalam tumbuh
kembang kesehatan anak.
b.
Faktor Penghambat Pengobatan Dalam Masyarakat
Belum...............................................
E.
Solusi Peranan pengobatan tradisional
dalam pelayanan kesehatan.
Kebijakan
peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system pelayanan kesehatan,
yaitu :
1. Pengobatan
tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat
dalam pelayanan kesehatan primer.
2. Pengobatan
tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan budaya bangsa,
namun perlu membatasi praktek-praktek yang membahayakan kesehatan.
3. Dalam rangka
peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu dilakukan penelitian, pengujian
dan pengembangan obat-obatan dan car-cara pengobatan tradisional.
4. Pengobatan
tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak memerlukan izin, namun
perlu pendataan untuk kemungkinan pembinaan dan pengawasannya. Masalah
pendaftaran masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
5. Pengobatan
tradisional yang berlandaskan pada cara-cara organobiologik, setelah diteliti,
diuji dan diseleksi dapat diusahakan untuk menjadi bagian program pelayanan
kesehatan primer. Contoh : dukun bayi, tukang gigi, dukun patah tulang.
Sedangkan cara-cara psikologik dan supranatural perlu diteliti lebih lanjut,
sebelum dapat dimanfaatkan dalam program.
6. Pengobatan
tradisional tertentu yang mempunyai keahlian khusus dan menjadi tokoh
masyarakat dapat dilibatkan dalam upaya kesehatan masyarakat, khususnya sebagai
komunikator antara pemerintah dan masyarakat.[5]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk menyimpulkan
pandangan-pandangan mengenai pengobatan tradisional, saya yakin bahwa jika di
nilai dari banyak fungsi yang di harapkan dapat memenuhi oleh pengobatan dan keterbatasan-keterbatasan
yang ada pada penelitian medis yang sistematik dalam masyarakat-masyarakat
tersebut, maka system-sistem medis tradisional, yang di lihat sebagai sarana
adaptif, telah berhasil dengan baik. Mereka telah muncul sejak ribuan tahun
yang lalu, telah memberikan harapan dan penyembuhan kepada yang sakit, mereka
menangani juga penyakit-penyakit sosial, dan mereka telah memberikan sumbangan
terhadap penambahan populasi dunia secara lambat.
Saya juga percaya bahwa beda dengan
pengobatan ilmiah ,baik dari aspek-aspek preventif dan , klinisnya, serta semua
kekurangan dalm perawatan kesehatannya maka pengobatan tradisional adalah cara
kurang memuaskan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dari penduduk masa kini.
Hal ini bukanlah merupakan penilaian kami saja melainkan keputusan para penilai
utama, konsumen-konsumen tradisional yang semakin meningkat dalam memilih
antara pengobatanya sendiri dengan pengobatanya ilmiah lain.
B.
Saran
Saya para penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikanya nanti. dapat mengetahui bagaiman system medis tradisional ,apalagi sisi positif dan negatif dari pengobatan system tradisional.
Saya para penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikanya nanti. dapat mengetahui bagaiman system medis tradisional ,apalagi sisi positif dan negatif dari pengobatan system tradisional.
DAFTAR PUSTAKA
Robertha Natalia Gracia, 2010 Hubungan
Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan, http://roberthanatalia.blogspot.com/
Supardi, S., Feby
Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat Tradisional Buatan Pabrik dalam Pengobatan Sendiri di
Indonesia. Jurnal
bahan alam Indonesia, Volume 2 Nomor4.
Supardi, S., Mulyono Notosiswoyo, Nani Sukasediati, Winarsih,
Sarjaini Jamal, M.J Herman. 1997. Laporan
Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat Tradisional
Dalam Pengobatan Sendiri di Pedesaan. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi Badan Litbangkes.
Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat Tradisional Buatan Pabrik
dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam Indonesia, Volume 2.
Sugeng, Dwi. (2007). Pengobatan Alternatif.
Yogyakarta: PT. Media Abadi.
[1]Uciha
Itachi , Pengaruh Nilai
Sosial Budaya Terhadap Keshatan, 2012 di akses tanggal 04 April 2013 Jam 03.38.
[2]Robertha Natalia Gracia, Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan, 2010 http://roberthanatalia.blogspot.com/ di akses tanggal 04 April 2013 Jam 03.38.
[3] Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief,
Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan
Obat Tradisional Buatan Pabrik dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam
Indonesia, Volume 2 Nomor4, halaman 136-141.
[4] Supardi, S., Mulyono Notosiswoyo, Nani
Sukasediati, Winarsih, Sarjaini Jamal, M.J Herman. 1997. Laporan Penelitian Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di
Pedesaan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan
Litbangkes, 52 hlm.
[5] Sugeng, Dwi. Pengobatan
Alternatif. Yogyakarta: PT. Media Abadi. (2007). Hal 27
trimakasih infonya...
BalasHapusizin copas ya min buat tugas... sukses selalu...
terimakasih atas informasinya, sukses selal ya guys ..
BalasHapusPatung Dewa Disebuah Kelenteng Harus Ditutup Kain Putih Karena Alasan IMB
Informasi Usaha budidaya
Cerita Dewasa
Novel Paling Update
Gosip Terupdate
izin kopi dek
BalasHapusalhamdulillah makasi ya kak,akhirnya ada materi yg sangat membantu buat tugas kuliah
BalasHapusAlhamdulillah bisa kerja tugas,,,inin Share yaaaa
BalasHapusalhamdulillah maksih ya bisa ngerjain tugas akhirnya
BalasHapusterima kasih..`makalahnya sangat membantu saya.
BalasHapuskenalkan nama saya tia monika dari ISB Atmaluhur